27 Maret 2008

Membagi Waktu

Seorang motivator terkenal Mario Teguh mengatakan, orang sukses membagi waktunya sehari hari menjadi 3 artinya dalam 24 jam waktu dibagi menjadi tiga, yaitu 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk istirahat dan 8 jam untuk bermain. Ia mengatakan jika seseorang dapat membagi waktunya menjadi 3 bagian tersebut, maka orang itu akan sukses.

Tapi kenyataannya kehidupan kita sehari-hari sangat susah untuk memastikan membagi waktu menjadi 3 bagian seperti yang dikatakan Mario Teguh. Misalnya karena sibuknya bekerja terkadang kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat, bisa tidur 6 jam saja sudah bagus, apalagi harus tidur selama 8 jam, betapa nikmatnya dunia.

Daripada harus membagi tiap hari, coba kita bagi waktu kita dalam 1 minggu (7 x 24 jam) atau 168 jam. Dengan menggunakan rumus yang sama yaitu dibagi menjadi 3 bagian, maka kita memiliki 56 jam dalam seminggu masing-masing untuk bekerja, bermain dan istirahat.

Kita mulai yang paling rutin dalam keseharian kita yaitu bekerja, rata-rata orang bekerja dalam 1 hari dari jam 8 s/d jam 5 sore atau 9 jam ditambah 2 jam waktu perjalanan ke kantor maka waktu bekerja dalam 1 hari adalah 11 jam. Untuk 5 hari kerja maka kita butuh 11 x 5 = 55 jam kerja, artinya dalam 1 minggu kita hanya memiliki waktu 1 jam tambahan dalam seminggu untuk bekerja diluar jam kerja, jika dibagi rata maka tiap hari kita punya waktu 12 menit yang bisa kita gunakan di rumah, misalnya untuk menyiapkan diri untuk bekerja.

Kemudian waktu istirahat. Pada saat hari kerja rata-rata kita hanya bisa istirahat dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi atau 7 jam sehari, jika pada saat sabtu dan minggu kita istirahat pada waktu yang sama, maka kita istirahat 7 x 7 = 49 jam. Artinya kita masih kekurangan 7 jam dalam seminggu waktu istirahat kita, maka pada hari seperti sabtu minggu kita harus tidur siang maksimal 3,5 jam untuk menggantikan waktu istirahat tersebut.

Maka sisa waktunya adalah 168 (total waktu) - 58 (bekerja) - 58 (istirahat) = 58 jam, yaitu sisa waktu untuk bermain. Jangan menggunakan waktu yang harusnya untuk bermain bersama teman atau keluarga dengan bekerja. Gunakanlah sisa waktu tersebut untuk bermain secara maksimal, sehingga dapat menjadi orang yang sukses, dengan hidup yang seimbang.

Yuda - Mar2008 - Jakarta

25 Maret 2008

Cinta...

Cinta adalah kekuatan yang mampu
mengubah duri jadi mawar,
mengubah cuka jadi anggur,
mengubah malang jadi untung,
mengubah sedih jadi riang,
mengubah setan jadi nabi,
mengubah iblis jadi malaikat,
mengubah sakit jadi sehat,
mengubah kikir jadi dermawan,
mengubah kandang jadi taman,
mengubah penjara jadi istana,
mengubah amarah jadi ramah,
mengubah musibah jadi muhibah,
itulah cinta!

Sekalipun cinta telah kuuraikan panjang lebar.
Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri. Meskipun lindahku telah mampu menguraikan dengan terang.
Namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang.
Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta
Dan percintaan!

Habiburrahman El Shirazy - Ketika Cinta Bertasbih - Buku 2

18 Maret 2008

Budaya Malu

Hari minggu kemaren bersama seorang teman memutuskan lari pagi di Senayan, walaupun datang agak terlambat, tetapi semangat tetap membara, untuk membakar irisan lemak diperut yang tak kunjung minggat, malah semakin banyak dengan seiring jalannya waktu.

Matahari terasa terik, masyarakat sudah memenuhi pelataran lari di senayan, dengan pemandangan para penjaja dan penjual yang tidak kalah pagi untuk mengais uang. Setelah melakukan pemanasan yang kurang bermakna, mulailah kaki melangkah pelan untuk meraup keringat, tidak lama kemudian nokia berbunyi, teman lari pagi akhirnya datang, bertemu di pintu enam. Pagi itu akhirnya dilakoni dengan jalan pagi sambil mengobrol santai.

Ditengah perjalanan lari pagi tersebut, tiba-tiba melangkahlah seorang bapak yang nampaknya dari kebangsaan jepang dengan pakaian olah raga baju "you can see" dan celana pendek sepangkal paha. Bapak itu menenteng plastik kecil dan semacam garpu untuk mengambil es batu. Apa yang sedang dilakukan bapak ini? Ia menunduk dan mengambil sampah plastik dan sampah kertas yang ditemuinya dan memasukkannya kedalam plastik kecil yang ditentengnya. Pemandangan tersebut terlihat kontras, karena bapak ini melangkah dengan arah berlawanan dengan arah orang berjalan atau lari. Yang dilakukan bapak ini adalah sindiran kepada kita sebagai bangsa pemilik tempat tersebut, yang membuang sampah sembarangan. Melihat pemandangan tersebut timbul juga rasa malu, dan sedikit geli, mengapa harus orang lain yang menjaga milik kita, sudah tidak punya malu lagikah kita sampai hal seperti itu tidak bisa kita lakukan sendiri.

Yuda-Mar2008-Jakarta

14 Maret 2008

Cinta...

cinta adalah tidak memaksakan pasangan kita untuk menjadi lebih baik, untuk sesuatu yang ia tidak baik (kelemahannya)

cinta itu tidak mengatakan "apa gua bilang..."

13 Maret 2008

Hidup... Idol...

Apa sebenarnya yang dapat kita pelajari dari maraknya acara idol atau kontes yang ditayangkan di televisi akhir-akhir ini, hal apa yang sebenarnya yang membuat orang suka untuk menyaksikannya atau setidaknya khususnya Saya pribadi, mengapa menyukainya?

Hal yang utama adalah adanya perjalanan, atau perkembangan, biasanya di awal-awal kontes para kontestan ngak terlalu bagus, cupu, masih banyak salah, dan banyak kekurangan lainnya, tapi lama kelamaan mereka berkembang, kemampuan membaik, pembawaan makin bagus, mulai nampak keren, kesalahan semakin minim, semakin kepada akhir semakin mendekati sempurna. Begitulah seharusnya kita membawa kehidupan kita, yang awalnya biasa-biasa saja, pelan-pelan kita perbaiki, untuk kemudian lebih baik, misalnya yang tadinya naik angkutan, meningkat naik motor, kemudian bawa mobil. Penyuguhannya pun ditata apik dan personal, sehingga seakan-akan kita merasa menjadi bagian dari kontestan tersebut.

Hal lainnya yang kita sukai dari Idol adalah kenyataan ternyata seorang bintang juga manusia, yang tak luput dari kesalahan dan ketidaksempurnaan, hal ini membuat kita merasa lebih baik dengan diri kita, paling tidak kita bisa berujar "Gua bisa lebih baik dari itu" atau "Orang kayakgitu aja bisa, apalagi Gua". Melihat hal-hal seperti ini membuat kita melangkah meneruskan hidup di dunia yang tidak sempurna ini.

Kita belajar bahwa Idol memiliki tujuan, baik itu untuk menang, mendapatkan hadiah, dan menjadi terkenal. Walaupun langkah untuk mencapai keutamaan itu tidak gampang, bahkan terkadang harus membanting tulang, rela berkorban demi sesuatu yang ingin kita capai. Begitu juga dengan kehidupan, terkadang hidup kita dapat lebih berarti apabila kita memiliki tujuan hidup, sesuatu yang ingin kita capai dalam hidup ini, bahkan apabila pada akhirnya kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi setidaknya kita sudah berusaha, mencoba dan gagal adalah lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali. Setidaknya langkah kita punya arti.

Persiapan... persiapan... dan... persiapan, sesuatu yang harus dilakukan kontestan, untuk dapat melewati tantangan dengan baik, untuk dapat tampil dengan prima, untuk dapat disukai juri dan komentator. Hal ini juga tak lepas sesuatu yang nyata dalam kehidupan, bahwa kita bisa saja menjalani hidup apa adanya, tidak berkembang, tetapi ketika ingin agar kehidupan ini meningkat untuk menjadi lebih baik, maka kita harus melakukan persiapan, baik dari segi kemampuan, pengetahuan bahkan penampilan.

Pelajaran lain dari ajang kontes idol adanya "pelajaran" itu sendiri, kita sebagai penonton bisa belajar banyak dari apa yang dikatakan komentator, penampilan dari kontestan atau bahkan oleh pembawa acaranya. "Pelajaran" tersebut dapat kita aplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari atau cukup kita ketahui.

Hal terakhir yang kita dapatkan dari kontes idol adalah hiburan, bahwa hidup tidak selalu harus dibawa serius, kita terkadang membutuhkan hiburan untuk dapat melangkah bagi masa depan yang gemilang. Segala sesuatu di kehidupan ini tidak ada yang sia-sia, tapi terkadang kita tidak bisa melihat manfaat yang ada.

Yuda - Mar2008 - Jakarta

10 Maret 2008

Pemasaran Airline Indonesia

Kemaren, baru saja Saya pulang dari Pontianak, mengunjungi seseorang yang kebetulan sedang disana untuk menghadiri seminar, untuk berangkat Saya menggunakan pesawat Adam Air untuk berangkat dan menggunakan Sriwijaya Air untuk kembali.

Melonjaknya harga minyak dunia, membuat harga transportasi semakin mahal, termasuk juga untuk kebutuhan transportasi udara, tapi hal tersebut bukan satu-satunya masalah yang dihadapi oleh penyedia jasa transportasi udara di Indonesia, semakin banyaknya pemain-pemain didalam bisnis yang satu ini membuat perang harga tak bisa dihindari, penyedia jasa tersebut berlomba-lomba untuk memberikan harga semurahmurahnya.

Kondisi tersebut membuat pemasar pada penyedia jasa transportasi udara untuk memutar otak untuk meraup keuntungan sebanyakbanyaknya, sedikitnya ada 5 hal menarik pada airline Indonesia yang saya perhatikan yang pantas untuk ditelusuri.

Yang pertama adalah pada Adam Air dengan konsep "kemasan"-nya, kalau kita perhatikan warna orange, kuning dan hijau pada Adam Air memang sangat Eye Catchy, membuat orang sekilas menoleh pada airline yang satu ini, bahkan jika kita lihat dibandara terkadang, pegawainya dengan menggunakan warna contrast tersebut mewarnai bandara Cengkareng. Hal lainnya juga dapat diperhatikan pada website-nya dengan warna senada dan tampilan yang apik membuat orang menjadi tertarik untuk menggunakan jasa Adam Air. Lainnya, Adam Air juga melakukan Co-Branding dengan perusahaan tour dan travel, yaitu memberikan insentif kepada tour dan travel tersebut apabila konsumen menggunakan Adam Air, bahkan dibeberapa tour dan travel, warna dan tulisan "Adam Air" menghiasi plank dari tour dan travel tersebut. Untuk menyempurnakan "kemasan"-nya Adam Air menggunakan artis Krisdayanti sebagai dutanya, hal ini tidak dilakukan oleh airline lainnya. Nuansa "kemasan" ini memperlihatkan bagaimana kentalnya konsep pemasaran dari Adam Air.

Pengalaman Saya menggunakan Adam Air dari Jakarta ke Pontianak adalah Saya merasakan personelnya kurang ramah, pada saat di pesawat tidak diberikan camilan, yang kemungkinan untuk menekan cost, dan kabar dari media, kualitas pesawat dan ketepatan waktunya sangat bermasalah. Ini memperlihatkan kepuasan pelanggan yang tidak terintegrasi, mulai dari pembentukan persepsi, pada saat promosi, sampai dengan selesai konsumsi, yang seharusnya pelanggan tersebut dapat menjadi return konsumen, tetapi karena kecewa dengan kualitas, return konsumen semata-mata karena harga yang murah.


Kemudian yang menjadi perhatian konsumen 2 tahun terakhir ini adalah Air Asia, dengan konsep "murah"-nya. Air Asia adalah perusahaan tranportasi udara yang berasal dari Malaysia, ada beberapa hal yang bisa dipelajarai dari konsep "murah" Air Asia, Air Asia dapat menekan harga dengan melakukan elektronik ticketing, yaitu konsumen harus mencetak sendiri tiketnya, dengan sebelumnya melakukan pendaftaran secara online pada website-nya, yang menyediakan kemudahan pemesanan tiket. Air Asia juga tidak menentukan tempat duduk dari penumpang sehingga walaupun tidak signifikan dapat menekan harga dari hal tersebut, tetapi apabila penumpang mau jalur istimewa untuk didahulukan untuk duduk duluan Air Asia menyediakan fasilitas dengan tambahan biaya. Tapi sebenarnya konsep "murah" tersebut juga merupakan bentuk strategi pemasaran, kita terkadang melihat harga dari Air Asia yang fantastis, mencapai Rp.49.000, dimana hal tersebut mencengangkan sekaligus sulit dipercaya konsumen, tetapi dibalik harga tersebut ternyata masih ada biaya fuel surcharge, administrasi, pajak dan lainnya, yang membuat net harga tersebut tidak jauh berbeda dengan airline lainnya.

Konsep pemasaran lainnya adalah yang dilakukan oleh penerbangan kebanggan Indonesia yaitu Garuda Indonesia, dengan konsep "kenyamanan"-nya. Banyak sekali sebenarnya konsep yang digunakan Garuda untuk menggaet konsumennya, seperti frequent flyer, untuk para konsumen setianya, menggunakan terminal 2 di cengkareng, yang notabene lebih nyaman daripada terminal 1, menyediakan camilan di pesawat lengkap dengan pilihan minumannya, flight attandence-nya ramah, pada intinya adalah konsumen dibuat se-"Nyaman" mungkin menggunakan jasanya, memang dari segi biaya relatif lebih tinggi, tapi buat konsumen korporasi dan kelas menengah keatas, Garuda Indonesia menjadi pilihan yang tidak ada duanya untuk penerbangan dalam negeri.

Last but not least adalah Sriwijaya Airline, awalnya Saya yang menggunakan penerbangannya untuk Pontianak - Jakarta agak aneh melihat bagaimana cara Sriwijaya Airline dapat memberikan kualitas in-flight experience yang bagus, tetapi tetap memberikan harga murah. Ternyata yang dilakukan Sriwijaya Airline adalah melakukan co-branding dengan berjualan di pesawat. Barang-barang yang dijual cukup simple seperti minyak wangi, topi, baju, syal dan sebagainya, tetapi yang membuat menarik adalah harganya relatif terjangkau, misalnya topi hanya Rp.40.000,-. Hal ini tentunya menarik penumpang untuk membeli dan memberikan keuntungan kepada Sriwijaya, yang menjual barang murah tapi tidak murahan, menyediakan tiket murah tapi kualitas tidak murahan, hal ini dilakukan untuk menutup cost dari perjalanan pesawatnya. Pengalaman saya naik Sriwijaya tidak sedikit penumpang yang melakukan transaksi pembelian walaupun perjalanan hanya memakan waktu 1 jam 10 menit.

Hal terakhir dari strategi penjualan yang dilakukan Airline Indonesia adalah seosonal sell dan flight class, dimana hal ini untuk menjaring keuntungan yang lebih tinggi dengan harga yang fluktuatif. Seosonal sell dilakukan untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi dimana pada saat demand untuk pesawat adalah tinggi, yaitu pada saat liburan sekolah, ataupun libur nasional, maka airline akan menaikkan harga tiket. Sedangkan fligth class adalah sistem penjualan yang dilakukan berdasarkan kelas, dimana semakin dini pembelian maka semakin murah harga dari tiket pesawat tersebut, sehingga orang yang belakangan membeli tiket, bisa jadi mendapatkan tiket termahal dengan kualitas yang sama.

Yuda-Mar2008-Jakarta

06 Maret 2008

Kau dan Hartamu adalah milik Ayahmu

Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini. Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya.

Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?" Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya."

Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang..., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakanakan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.' Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!"

(HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath)

04 Maret 2008

Jika Bisa Terbang... Kenapa Harus Merangkak...

Kalimat ini aku baca di Koran Sindo pagi ini, sejenak merenung membuatku tertegun, kalimat ini singkat tapi terasa dalam, sehingga membuatku berpikir sudahkah aku terbang dengan apa yang kumiliki, apa aku masih merangkak karena takut untuk mencoba, dan takut untuk terjatuh dan gagal.

Terkadang banyak yang sudah kita pelajari, dan dapatkan, tapi apa semua hal tersebut telah kita manfaatkan, terkadang kita takut untuk mencoba hal yang baru, sekedar karena kita sudah merasa nyaman dengan kondisi kita sekarang, atau kita takut untuk mendapatkan hal baru yang tidak kita harapkan, tapi... sampai kapan, sampai kapan kita mau bertahan pada kondisi sekarang, dalam hati secara simple kita bilang bahwa sampai kita benar-benar siap, tapi dengan berjalannya waktu kita tidak akan merasa benar-benar siap, tanpa kita mau mencoba.


YuDa-Mar2008-Jakarta